Walikota Melakukan Perubahan ; Jaime Lerner dari Curitiba
Dia adalah pelopor yang terkenal dengan visinya mewujudkan kota yang manusiawi yang berbasiskan sistem transportasi massal.
Jaime Lerner adalah Walikota dari Curitiba, yaitu sebuah kota yang merupakan ibukota Provinsi Parana yang terletak di selatan Brazil. Kota ini memiliki penduduk 2,3 juta jiwa dengan mata pencarian utama di bidang agrikultur. Kisah ini merupakan salah satu kisah sukses kota besar di dunia. Terutama sistem transportasinya yang telah dipelajari dan diterapkan (dengan tingkat keberhasilan yang berbeda - beda) di berbagai kota di dunia, dari Ottawa dan Los Angeles sampai Bogota dan Jakarta.
Keberhasilan Kota Curitiba saat ini sebagian besar dikaitkan dengan visi yang tepat dan keberanian untuk mengimplementasikan perencanaan tata ruang kota setelah Lerner terpilih di tahun 1971. Kepemimpinannya yang kuat dan tegas untuk melaksanakan rencana induk Curitiba yang berbasis transportasi massal sampai implementasinya pada masa kediktatoran militer, dimana kota - kota di Brazil justru memusatkan perhatian pada pembangunan jalan yang lebih banyak dan lebar guna dapat menampung kendaraan bermotor. Ini adalah gambaran sistem transportasi di Kota Curitiba saat ini.
Filosofi Lerner adalah memperoleh momentum, dengan melakukan segala sesuatu secara sederhana dan cepat dan dengan berbiaya rendah. Komponen utama dari rencana induk yang langsung diterapkan adalah dengan mengubah jalan di pusat kota menjadi jalan khusus pejalan kaki. Seperti yang diucapkan oleh Lerner :
Disuatu malam pada musim dingin tahun 1972, dari hari Jumat ke hari Sabtu, segerombolan pasukan mengepung akses-akses ke jalan utama di pusat kota Curitiba. Mereka yang pertama kali tiba disana diperlengkapi dengan papan - papan kayu yang bertuliskan, "DILARANG MASUK" dan rambu - rambu yang menunjukkan rute alternatif. Mereka datang kemudian secara beraturan mulai menghancurkan perkerasan aspal dari jalan utama dengan menggunakan beliung, alat bor listrik dan sekop mekanik.
'Serangan Mendadak' untuk merubah jalan utama Curitiba menjadi jalan khusus pejalan kaki ini telah direncanakan secara seksama selama lebih dari satu tahun. Para pemilik toko yang awalnya melakukan protes, akhirnya mendukung karena terjadi peningkatan omset penjualan akibat kebijakan tersebut. Akhirnya para penjaga toko di area lain mulai menuntut hal yang sama yaitu dibuatkan tempat pejalan kaki di area mereka.
Sebagian pendukung pengguna kendaraan berencana 'menyerang' dan 'merebut' kembali jalan tersebut.. terpaksa harus berhadapan dengan dengan perlawanan pasif dari ribuan anak - anak yang menggambar di dinding dengan tema lingkungan/ekologi.
Disinilah awal sistem jalan khusus untuk pejalan kaki di Curitiba dimulai dan sekarang telah meluas ke 49 blok di pusat kota.
Saat ini Curitiba Brazil adalah sebuah kota kecil yang telah menjadi model internasional untuk pembangunan berkelanjutan. Saat ini sistem Transportasi di Curitiba berbasiskan Transportasi Umum Jaringan Terpadu dengan mempertahankan 2.100 bus yang mengangkut 2,04 juta penumpang setiap hari kerja sepanjang 385 rute yang berbeda yang mencakup pusat kota dan daerah sekitarnya. Terdapat 5000 buah halte bus, 351 tabung-stasiun (station Tube) dan 29 terminal yang terintegrasi.Sementara jumlah penduduk meningkat dua kali lipat sejak 1974, namun di Curitiba memiliki jumlah pemilik mobil paling sedikit per kapita nya dibandingkan kota-kota lain Brazil, lalu lintas mobil telah menurun sebesar 30%, dan Curitiba Brasil memiliki tingkat terendah pencemaran lingkungan dan konsumsi gas per kapita. Sistem Curitiba telah mengispirasi kota Bogota Kolombia dengan TransMilenio, Meksiko City dengan Metrobus, Guatemala City dengan sistem Transmetro, dan Jalur Oranye di Los Angeles.
Pertumbuhan pesat di wilayah perkotaan membawa tantangan sosial, ekonomi dan lingkungan yang berat bagi penduduk, perusahaan dan pemerintah kota. Curitiba berhasil mengatasi semuanya.Tanpa perencanaan dan pembiayaan yang memadai yang mengakomodir terus bertambahnya jumlah penduduk, kota akan menghadapi berbagai macam masalah dari mulai pemukiman kumuh, hingga ketergantungan pada kendaraan pribadi akibat fasilitas transportasi publik yang kurang memadai.
Brasil adalah negara dengan populasi perkotaan terbesar no.4 di dunia setelah China, India, dan AS. Penduduk Brasil tumbuh 1,8% setiap tahun antara tahun 2005 dan 2010. Namun di kota Curitiba, ibu kota negara bagian Parana, Brasil, tantangan ini berhasil diatasi dalam beberapa dekade terakhir dengan menggunakan sistem yang inovatif sehingga Curitiba menjadi inspirasi kota-kota lain di negara itu bahkan di dunia.
Melalui perencanaan, pengelolaan dan penciptaan sistem transportasi perkotaan yang inovatif sejak tahun 1960-an, Curitiba berhasil mengatasi masalah pertumbuhan penduduk dari 361.000 (pada 1960) ke 1,828 juta (pada tahun 2008), tanpa masalah yang berarti terkait emisi, polusi dan berkurangnya ruang publik.
Kepadatan populasi dalam kota meningkat tiga kali lipat dari tahun 1970 ke 2008. Namun pada saat yang sama, rata-rata ruang hijau juga meningkat dari 1 km² per penduduk menjadi lebih dari 50 km² per penduduk.
Salah satu unsur terpenting dalam rencana pembangunan perkotaan di Curitiba adalah pemilihan strategi pertumbuhan yang bisa mensiasati kepadatan penduduk sekaligus melindungi ruang hijau.
Curitiba memakai pola pembangunan “radial segaris-bercabang” (radial linear-branching pattern) yang – melalui kombinasi pengaturan zona lahan dan infrastruktur transportasi publik – berupaya mengalihkan lalu lintas dari pusat kota dan membangun perumahan, pusat layananan dan industri dalam lokasi sumbu radial.
Manfaat Bagi Ekonomi dan Lingkungan
Kota bisa membantu mengurangi emisi CO² jika mereka berhasil menerapkan kebijakan pengurangan emisi yang terkoordinasi di sektor transportasi dan properti, dua sumber utama emisi di perkotaan.
Curitiba berhasil membuktikan hal ini. Tingkat penggunaan transportasi publik di Curitiba tertinggi di Brasil (45% dari total perjalanan). Curitiba juga menjadi salah satu kota dengan tingkat polusi terendah di Brasil.
Kota ini juga meraih manfaat lain berupa efisiensi ekonomi dan sumber daya. Konsumsi BBM di Curitiba 30% lebih rendah dibandingkan kota-kota besar lain di Brasil. Pemborosan BBM per kapita akibat kemacetan lalu lintas – nilainya di Curitiba diperkirakan mencapai US$1 juta pada tahun 2002 – 13 dan 14 kali lebih rendah dibanding di Sao Paulo dan Rio de Janeiro. Waktu yang terbuang akibat kemacetan di Curitiba, 11 dan 7 kali lebih rendah dibanding di dua kota tersebut.
Kebijakan dan perencanaan infrastruktur ekologis dan aktivitas industri
Curitiba berhasil mengatasi masalah banjir dengan mengubah area yang rawan menjadi taman dan menciptakan danau buatan untuk menampung banjir.
Biaya yang dibutuhkan untuk strategi ini – termasuk untuk merelokasi wilayah pemukiman kumuh – diperkirakan lima kali lebih rendah dibanding ketika kota harus membangun saluran kanal banjir. Efek positif lain yang patut diperhitungkan; nilai properti dan penerimaan pajak di wilayah ini juga terus naik.
Pemerintah lokal membangun Kota Industri Curitiba (Curitiba Industrial City) di sebelah barat kota dengan mempertimbangkan arah angin agar pusat kota terhindar dari polusi. CIC menerapkan aturan lingkungan yang ketat. Industri yang menimbulkan polusi tidak diijinkan beroperasi di wilayah ini.
Setelah tiga dekade, CIC sekarang dihuni oleh lebih dari 700 perusahaan, termasuk produsen mobil yang memroduksi bis BRT (mirip dengan bis Trans Jakarta) dan sejumlah perusahaan teknologi dan informasi.
CIC juga berhasil membuka 50.000 lapangan kerja langsung dan 150.000 lapangan kerja tidak langsung dan menyumbang 20% dari nilai ekspor negara bagian.
Hal lain yang patut dicontoh, Curitiba memerkenalkan sistem pengelolaan limbah dan mendorong warga melakukan pemisahan sampah dan mendaur ulang. Kini, 70% warga Curitiba aktif mendaur ulang. Sebanyak 13% sampah padat didaur ulang di dalam kota, jumlah ini jauh lebih banyak dibanding di Sao Paulo yang hanya 1%.
Curitiba adalah contoh sebuah kota yang – dengan perencanaannya yang cerdas – berhasil menghindari kerugian sosial, ekonomi dan lingkungan akibat pertumbuhan ekonomi, sekaligus berhasil meningkatkan efisiensi, produktifitas dan kualitas hidup penduduknya. Seandainya semua kota di Indonesia bisa seperti ini.
Redaksi Hijauku.com
Data peta ©2013 Google, MapLink -






Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking