Maandag 29 April 2013

kota curitiba

Walikota Melakukan Perubahan ; Jaime Lerner dari Curitiba

Dia adalah pelopor yang terkenal dengan visinya mewujudkan kota yang manusiawi yang berbasiskan sistem transportasi massal. 
Jaime Lerner adalah Walikota dari Curitiba, yaitu sebuah kota yang merupakan ibukota Provinsi Parana yang terletak di selatan Brazil. Kota ini memiliki penduduk 2,3 juta jiwa dengan mata pencarian utama di bidang agrikultur. Kisah ini merupakan salah satu kisah sukses kota besar di dunia. Terutama sistem transportasinya yang telah dipelajari dan diterapkan (dengan tingkat keberhasilan yang berbeda - beda) di berbagai kota di dunia, dari Ottawa dan Los Angeles sampai Bogota dan Jakarta.
Keberhasilan Kota Curitiba saat ini sebagian besar dikaitkan dengan visi yang tepat dan keberanian untuk mengimplementasikan perencanaan tata ruang kota setelah Lerner terpilih di tahun 1971. Kepemimpinannya yang kuat dan tegas untuk melaksanakan rencana induk Curitiba yang berbasis transportasi massal sampai implementasinya pada masa kediktatoran militer, dimana kota - kota di Brazil justru memusatkan perhatian pada pembangunan jalan yang lebih banyak dan lebar guna dapat menampung kendaraan bermotor. Ini adalah gambaran sistem transportasi di Kota Curitiba saat ini.
Filosofi Lerner adalah memperoleh momentum, dengan melakukan segala sesuatu secara sederhana dan cepat dan dengan berbiaya rendah. Komponen utama dari rencana induk yang langsung diterapkan adalah dengan mengubah jalan di pusat kota menjadi jalan khusus pejalan kaki. Seperti yang diucapkan oleh Lerner :
Disuatu malam pada musim dingin tahun 1972, dari hari Jumat ke hari Sabtu, segerombolan pasukan mengepung akses-akses ke jalan utama di pusat kota Curitiba. Mereka yang pertama kali tiba disana diperlengkapi dengan papan - papan kayu yang bertuliskan, "DILARANG MASUK" dan rambu - rambu yang menunjukkan rute alternatif. Mereka datang kemudian secara beraturan mulai menghancurkan perkerasan aspal dari jalan utama dengan menggunakan beliung, alat bor listrik dan sekop mekanik.


'Serangan Mendadak' untuk merubah jalan utama Curitiba menjadi jalan khusus pejalan kaki ini telah direncanakan secara seksama selama lebih dari satu tahun. Para pemilik toko yang awalnya melakukan protes, akhirnya mendukung karena terjadi peningkatan omset penjualan akibat kebijakan tersebut. Akhirnya para penjaga toko di area lain mulai menuntut hal yang sama yaitu dibuatkan tempat pejalan kaki di area mereka.
Sebagian pendukung pengguna kendaraan berencana 'menyerang' dan 'merebut' kembali jalan tersebut.. terpaksa harus berhadapan dengan dengan perlawanan pasif dari ribuan anak - anak yang menggambar di dinding dengan tema lingkungan/ekologi.
Disinilah awal sistem jalan khusus untuk pejalan kaki di Curitiba dimulai dan sekarang telah meluas ke 49 blok di pusat kota.

Saat ini Curitiba Brazil adalah sebuah kota kecil yang telah menjadi model internasional untuk pembangunan berkelanjutan. Saat ini sistem Transportasi di Curitiba  berbasiskan Transportasi Umum Jaringan Terpadu  dengan mempertahankan 2.100 bus yang mengangkut 2,04 juta penumpang setiap hari kerja sepanjang 385 rute yang berbeda yang mencakup pusat kota dan daerah sekitarnya. Terdapat  5000 buah halte bus, 351 tabung-stasiun (station Tube) dan 29 terminal yang terintegrasi.
Sementara jumlah penduduk meningkat dua kali lipat sejak 1974, namun di Curitiba memiliki jumlah pemilik mobil paling sedikit per kapita nya dibandingkan kota-kota lain Brazil, lalu lintas mobil telah menurun sebesar 30%, dan Curitiba Brasil memiliki tingkat terendah pencemaran lingkungan dan konsumsi gas per kapita. Sistem Curitiba telah mengispirasi kota Bogota Kolombia dengan TransMilenio, Meksiko City dengan Metrobus, Guatemala City dengan sistem Transmetro, dan Jalur Oranye di Los Angeles. 

Pertumbuhan pesat di wilayah perkotaan membawa tantangan sosial, ekonomi dan lingkungan yang berat bagi penduduk, perusahaan dan pemerintah kota. Curitiba berhasil mengatasi semuanya.
Tanpa perencanaan dan pembiayaan yang memadai yang mengakomodir terus bertambahnya jumlah penduduk, kota akan menghadapi berbagai macam masalah dari mulai pemukiman kumuh, hingga ketergantungan pada kendaraan pribadi akibat fasilitas transportasi publik yang kurang memadai.
Brasil adalah negara dengan populasi perkotaan terbesar no.4 di dunia setelah China, India, dan AS. Penduduk Brasil tumbuh 1,8% setiap tahun antara tahun 2005 dan 2010. Namun di kota Curitiba, ibu kota negara bagian Parana, Brasil, tantangan ini berhasil diatasi dalam beberapa dekade terakhir dengan menggunakan sistem yang inovatif sehingga Curitiba menjadi inspirasi kota-kota lain di negara itu bahkan di dunia.
Melalui perencanaan, pengelolaan dan penciptaan sistem transportasi perkotaan yang inovatif sejak tahun 1960-an, Curitiba berhasil mengatasi masalah pertumbuhan penduduk dari 361.000 (pada 1960) ke 1,828 juta (pada tahun 2008), tanpa masalah yang berarti terkait emisi, polusi dan berkurangnya ruang publik.
Kepadatan populasi dalam kota meningkat tiga kali lipat dari tahun 1970 ke 2008. Namun pada saat yang sama, rata-rata ruang hijau juga meningkat dari 1 km² per penduduk menjadi lebih dari 50 km² per penduduk.
Salah satu unsur terpenting dalam rencana pembangunan perkotaan di Curitiba adalah pemilihan strategi pertumbuhan yang bisa mensiasati kepadatan penduduk sekaligus melindungi ruang hijau.
Curitiba memakai pola pembangunan “radial segaris-bercabang” (radial linear-branching pattern) yang – melalui kombinasi pengaturan zona lahan dan infrastruktur transportasi publik – berupaya mengalihkan lalu lintas dari pusat kota dan membangun perumahan, pusat layananan dan industri dalam lokasi sumbu radial.
Manfaat Bagi Ekonomi dan Lingkungan
Kota bisa membantu mengurangi emisi CO² jika mereka berhasil menerapkan kebijakan pengurangan emisi yang terkoordinasi di sektor transportasi dan properti, dua sumber utama emisi di perkotaan.
Curitiba berhasil membuktikan hal ini. Tingkat penggunaan transportasi publik di Curitiba tertinggi di Brasil (45% dari total perjalanan). Curitiba juga menjadi salah satu kota dengan tingkat polusi terendah di Brasil.
Kota ini juga meraih manfaat lain berupa efisiensi ekonomi dan sumber daya. Konsumsi BBM di Curitiba 30% lebih rendah dibandingkan kota-kota besar lain di Brasil. Pemborosan BBM per kapita akibat kemacetan lalu lintas – nilainya di Curitiba diperkirakan mencapai US$1 juta pada tahun 2002 – 13 dan 14 kali lebih rendah dibanding di Sao Paulo dan Rio de Janeiro. Waktu yang terbuang akibat kemacetan di Curitiba, 11 dan 7 kali lebih rendah dibanding di dua kota tersebut.
Kebijakan dan perencanaan infrastruktur ekologis dan aktivitas industri
Curitiba berhasil mengatasi masalah banjir dengan mengubah area yang rawan menjadi taman dan menciptakan danau buatan untuk menampung banjir.
Biaya yang dibutuhkan untuk strategi ini – termasuk untuk merelokasi wilayah pemukiman kumuh – diperkirakan lima kali lebih rendah dibanding ketika kota harus membangun saluran kanal banjir. Efek positif lain yang patut diperhitungkan; nilai properti dan penerimaan pajak di wilayah ini juga terus naik.
Pemerintah lokal membangun Kota Industri Curitiba (Curitiba Industrial City) di sebelah barat kota dengan mempertimbangkan arah angin agar pusat kota terhindar dari polusi. CIC menerapkan aturan lingkungan yang ketat. Industri yang menimbulkan polusi tidak diijinkan beroperasi di wilayah ini.
Setelah tiga dekade, CIC sekarang dihuni oleh lebih dari 700 perusahaan, termasuk produsen mobil yang memroduksi bis BRT (mirip dengan bis Trans Jakarta) dan sejumlah perusahaan teknologi dan informasi.
CIC juga berhasil membuka 50.000 lapangan kerja langsung dan 150.000 lapangan kerja tidak langsung dan menyumbang 20% dari nilai ekspor negara bagian.
Hal lain yang patut dicontoh, Curitiba memerkenalkan sistem pengelolaan limbah dan mendorong warga melakukan pemisahan sampah dan mendaur ulang. Kini, 70% warga Curitiba aktif mendaur ulang. Sebanyak 13% sampah padat didaur ulang di dalam kota, jumlah ini jauh lebih banyak dibanding di Sao Paulo yang hanya 1%.
Curitiba adalah contoh sebuah kota yang – dengan perencanaannya yang cerdas – berhasil menghindari kerugian sosial, ekonomi dan lingkungan akibat pertumbuhan ekonomi, sekaligus berhasil meningkatkan efisiensi, produktifitas dan kualitas hidup penduduknya. Seandainya semua kota di Indonesia bisa seperti ini.
Redaksi Hijauku.com
Data peta ©2013 Google, MapLink - Syarat Penggunaan
Peta
Hibrida
Medan

Woensdag 24 April 2013

Isu-isu lingkungan perkotaan


assalamu alaikum....

Isu-isu lingkungan perkotaan

Salah satu isu-isu lingkungan perkotaan adalah urbanisasi
Urbaniasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota yang di pengaruhi oleh keinginan ekonomi masyarakat desa untuk lebih baik sehingga merasa kecukupannya akan lebih baik jika mencari penghasilan di kota. Dan pemicu dari urbanisasi akibat perbedaan dan pertumbuhan atau ketidak merataan fasilitas pembangunan desa dan kota. Sedangkan urbanisasi hakikatnya suatu proses perubahan yang wajar dalam upaya meningkatkan kesejahteraan penduduk atau masyarakat (Stark, 1991).
Latar belakang urbanisasi
1. Negara Industri Maju
         dimulai sejak industrialisasi(titik tolak urbanisasi).
         Penduduk kota meningkat lebih lambat dibandingkan di negara berkembang sedangkan pertumbuhan kota relatif lebih imbang (perbedaan tidak besar), sehingga  “proses urbanisasi merupakan proses ekonomi”
2. Negara Sedang Berkembang
         Urbanisasi pada negara berkembang dimulai sejak PD II,
         urbanisasi merupakan titik tolak terjadinya industri (kebalikan dari negara industri maju),
         penduduk kota meningkat cepat sehingga urbanisasi tidak terbagi rata, semakin besar kotanya, semakin cepat proses urbanisasinya “proses urbanisasi bersifat demografi”
Dampak positif dari urbanisasi
      usaha pembangunan yang menyeluruh, tidak terbatas dalam wilayah kota.
      Mempercepat kota sebagai pusat-pusat sosial.ekonomi, industri /menekankan bahwa kota merupakan suatu “leading sector” dalam perubahan ekonomi, sosial dan politik.
      variable independen yang memajukan pembangunan ekonomi.
Sedangkan dampak negative dari urbanisasi
      Semakin minimnya lahan kosong di daerah perkotaan.
      Menambah polusi di daerah perkotaan(transportasi tdk terencana).
      Resiko bencana Alam
      Penyakit sosial
      Merusak tata kota

Dalam mengurangi dampak negative urbanisasi maka di atur undang-undang nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup.
            Upaya terpadu  untuk meletarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan, penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup. 
Upaya dalam pengendalian lingkungan hidup  ada 2 yaitu :
  1.  Upaya preventif (pembinaan, penyuluhan dan penerangan kepada masyarakat luas)
  2.  Upaya represif (sanksi yang tegas terhadap pelaku pencemaran lingkungan hidup)
Dalam kondisi kota yang saat ini begitu semrawut  sehingga langkah langkah yang bisa kita lakukan untuk mengurangi atau solusi yaitu konsep pengembangan kota hijau.
Kota ta hijau yaitu kota yang dibangun dengan tak mengorbankan aset kota(terus-menerus memupuk semua aset): manusia, lingkungan, dan sarana prasarana terbangun.
Ciri kota hijau
         Pemanfaatan secara efektif dan efisien sumber daya air dan energi,
         mengurangi limbah,
         menerapkan sistem transportasi terpadu,
         menjamin kesehatan lingkungan,
         menyinergikan lingkungan alami dan buatan berdasarkan perencanaan dan perancangan kota berkelanjutan (lingkungan, sosial, dan ekonomi).
Atribut fisik kota hijau
  1. green planning and design (perencanaan dan perancangan kota yang beradaptasi pada kondisi biofisik kawasan
  2. green open space (mewujudkan jejaring ruang terbuka hijau).
  3. green waste (usaha menerapkan 3 R (reduce, reuse, recycle)
  4. green transportation (pengembangan transportasi yang berkelanjutan/ transportasi massal).
  5. green water (efisiensi pemanfaatan sumber daya air)
  6. green energy (pemanfaatan sumber energi yang efisien dan ramah lingkungan).
  7. green building (pengembangan bangunan hemat energi).
  8. green community (kepekaan, kepedulian, dan peran aktif masyarakat dalam pengembangan atribut kota hijau).
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan minimal 30% dari wilayah kota berwujud ruang terbuka hijau (RTH) dengan komposisi 20% RTH publik dan 10 persen RTH privat.
Pengalokasian RTH ini ditetapkan ke dalam peraturan daerah (perda) tentang RTRW kabupaten/ kota. 

Dikutip dari data Fahmidin S.T,. M.Arch

sekian dan terima kasih.


Woensdag 17 April 2013

ISU SOSIAL KOTA


Isu-isu sosial kota

Isu sosial ialah perkara yang mempengaruhi kebanyakan atau kesemua anggota masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung, dan dianggap sebagai masalah, kontroversi yang berkaitan dengan nilai moral, atau kedua-duanya. Ia termasuk persoalan kemiskinan, keganasan, pencemaran, ketakadilan, penindasan hak asasi manusia, diskriminasi, dan jenayah, selain daripada keguguran, perkahwinan homoseksual, kawalan senjata api, dan pergolakan antara penganut sesuatu agama dengan penganut agama yang lain.
Isu sosial berkait dengan struktur masyarakat, termasuk konflik kepentingan antara anggota komuniti, dan berada di luar kawalan mana-mana individu.

Untuk mengatasi masalah isu sosial kota maka di berlakukanlah system keberlanjutan dimana keberlanjutan menurut komisi Brutland(1987) merupakan pembangunan yang memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengkompromikan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
unsur keberlanjutan adalah linkungan, ekonomi dan social
sedangkan isu-isu social yang terjadi di hampir semua Negara adalah pemerataan/keadilan social, kepadatan dan kesemrawutan, kemiskinan, tunawisma, minioritas, wanita, pemuda, lansia, keamanan, dan masyarakat berkebutuhan khusus.

-         Pengaruh kesenjangan social terhadap kota.
Manusia menjalani kehidupan di dunia ini tidaklah bias hanya mengandalkan dirinya sendiri dalam artian butuh perhatian dan bantuan orang lain, maka dari itu manusia disebut sebagai makhluk social.
Oleh karena itu,kehidupan bermasyarakat hendaklah menjadi sebuah pendorong atau sebuah kekuatan untuk mencapai kehidupan yang harmonis, baik itu kehidupan di desa maupun kehidupan di kota. Tentu itulah harapan kita bersama. Tapi fenomena apa yang kita saksikan sekarang ini jauh dari harapan dan tujuan pembangunan nasional Negara ini, kesenjangan social yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin.

Situasi kota yang padat memaksa warga kota untuk bergerak lebih dinamisuntuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Masalah diperkotaan adalah pertambahan penduduk yang tidak terkendali, tingkat kesadaran masyarakat dan kepedulian masyarakat kota terhadap lingkungan disekitar itu, diamana dia yang buat maka dialah yang berkuasa dan yang lemah pasti akan tertindas. Tidak ada lagi yang namanya tepo seliro.tejadilah kesenjangan social yang mengakibatkan ketidakseimbangan dalam sector perkotaan, diaman orang hanya akan memperdulikan dirinya sendiri dan tidak memperdulikan orang lain lagi.

Kesenjangan social adalah jarak yang terjadi ditengah-tengah masyarakat disebabkan oleh perbedaan status social maupun status ekonomi. Selain factor pendidikan, factor utama adalah dari segi ekonomi yang menyebabkan kesenjangan social antara masyarakat.

Banyak orang kaya memandang lemah kepada orang golongan bawah, apalagi jika orang itu miskin atau kotor, jangankan menolong, melihat saja enggan.disaat banyak anak-anak jalanan yang tidak punya tempat tinggal dan tidur di jalanan, namun masih banyak orang-orang yang berleha-leha tidur di hotel berbintang. Banyak orang diluar sana kelaparan dan tidak bias member makan kepada anaknya tapi banyak pula orang kaya yang sedang asyik menyantap berbagai makanan enak yang harganya mahal.

Hal ini tentu sangat berpengaruh terhadap perkembangan kota. Bagaimana kota bias maju jika masalah sekecil ini tidak bias diatasi. Anak jalanan tidur dimana-mana, gelandangan dimana-mana, tentu fenomena ini mempengaruhi unsure estetis estetis dari sebuah kota.

Dualism si kaya dan si miskin memang akan selalu ada mendampingi kehidupan manusia namun idealnya seharusnya ada interaksi antara keduanya sehingga akan timbul harmonisasi social ekonomi yang baik. Namun kenyataanya di negeri ini si kaya dan si miskin terdikotomi dalam kasta social kaku yang memisahkan mereka. Sejak orientasi pembangunan yang terlibat pada konsep trickle down effect diaplikasikan ke orde baru, ketimpangan structural terjdi akibat pembangunan yang tidak merata. Sejak saat itulah kesenjangan social yang signifikan tercetus.

Sekarang tinggal pemerintah kota sendiri bangaimana mau menanganinya. Apakah kota tersebut mau dijadikan kota komersial, kota budaya, atau kota industry sehingga karakteristik kota tersebut ada. Kota dianggap dapat memenuhi kebutuhan semua orang karena berbeda dengan desa.


kutipan dari :
Fahmidin,S.T,.MArch



Woensdag 03 April 2013

sejarah kota dunia


Sejarah kota dunia

Adalah sejarah mengenai apa yang terjadi di masa lampau pada daerah atau kota tersebut dimana hal-hal yang mengenai tentang masa lalu yang kurang baik diupayakan menjadi pendorong semangat untuk menjadi yang lebih baik sedangkan hal-hal yang baik pada masa lalu harus lebih di tingkatkan lagi.
Klasifikasi sejarah kota dunia di bagi menjadi :
       Kota zamankuno
       Kota klasik
       Kota Abad pertengahan
       Kota neoklasik
       Kota revolusiindustri
       Kota pascarevolusiindustri
1.       Kota zaman kuno yaitu kota di mana pembangunan bangunan atau pusat perdagangannya lebih banyak di bangun dekat dengan daerah sumber air seperti pinggir sungai, laut dan danau.
2.       Kota klasik yaitu kota di mana memiliki ruang-ruang kota yang berada di pusat kota seperti perdagangan dan kota tersebut sudah mengaplikasikan sistem drainase.
3.       Kota abad pertengahan
a.       Kota islam ciri-ciri bangunan pada masa ini sudah konsep utilitas.
b.      Kota eropa ciri-ciri Pembentukan kota dilakukan oleh kaum feodal untuk kepentingan ekonomi dan politik dengan pembangunan kastil dengan kekuasaan dibagi dengan gereja.
4.       Kota neoklasik yaitu di mana kaum bangsawan dan pendeta memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan kota, Sehingga pada masa itu banyak di temukan bangunan gereja. Perkembangan kemajuan dunia seni pada saat itu sangat pesat sehingga mempengaruhi bentuk bangunannya.
5.       Kota revolusi industri yaitu di mana kota ini banyak terjadi pembangunan pabrik sehingga tampak kota menjadi monoton dan mengakibatkan banyak polusi udara yang diakibatkan dari asap pabrik.
6.       Kota pascarevolusiindustri yaitu  Kota ini dicirikan lebih memberikan perhatian pada keseimbangan lingkungan sebagai respon terhadap pencemaran yang ditimbulkan oleh kota-kota pada zaman revolusi industri.

Sedangkan sejarah kota yang Terjadi di Indonesia terbagi menjadi 3 periode :
1.       Periode awal
2.       Periode kolonial
3.       Periode modern

1.       Periode awal yaitu Kota tersebut tidak terikat tempat atau dapat berpindah-pindah karena pertimbangan keamanan atau ekonomi, Struktur morfologi kota dan arsitekturnya banyak dipengaruhi oleh tradisi keagamaan Hinduisme(India) dan Budha melalui hirarki ritual dan simbol.
2.       Periode kolonial Stratifikasi tetap jelas, hanya pusat kekuasaan digantikan oleh Bangsa Eropa/ Penjajah, rancang kota berorientasi kebarat: mulai dari gedung-gedung, Nama alan, Patung dll.
Wilayah tinggal dibedakan tiga:
a.       Pribumi->Keraton,Kampung, Alun-alun
b.      Tionghoa ->Ruko
c.       Barat ->Benteng, perumahankolonial
3.       Periode modern
a.       1960 -> Pembangunan monumen dan bangunan berskala besar sebagai representasi pembentukan bangsa baru dan ciri khas bangsa.
b.      1970-1980 ->urbanisasi, proyek perumahan rakyat, penggusuran K5
c.       1990 ->pihak swasta dilibatkan sehingga terjadi penyebaran kota secara pesat: pembangunan kota baru, kota satelit.


Sumber di kutip dari : fahmydin,ST,M.Arc